Pertemuan ibuk dengan trainee salesman


Ibuku bekerja sebagai pedagang mebel, alias perkakas rumah tangga yang siap mengisi bangunan rumah anda yang kosong tapi tidak untuk hati anda yang kosong. hwahahahaaaaa

Dunia mebel sudah digeluti ibuk puluhan tahun.  Tidak hanya membuat ibu mendapatkan penghasilan, tetapi juga pengalaman yang sangat banyak terutama tentang perniagaan, bahkan ibuku yang seperti seorang filsuf ini selalu mendapatkan makna yang sangat filosofis dari kegiatan berdagangnya.

Hahaha kenapa aku bilang beliau itu filsuf?! ya karena beliau pemikirannya dalem, dan selalu berusaha mengambil moral value dalam setiap kejadian untuk memaknainya, tapiiiii ada tapinyaa~
Beliau suka mengulang - ulang cerita yang udah diceritain ke aku dengan memasang ekspresi antusias yang sama, padahal aku udah hafal alur dan moral value di akhir ceritanya, kan males bangettt.... hahaha tapi namanya untuk menghormati orang tua ya aku dengerin aja sambil sesekali nyaut alur cerita selanjutnya sebelum ibuku ngomong, sebagai kode kalau aku sudah hapal, kalau beliau sudah cerita. Tapi gak mempan donggg hwahahaha

Setelah maghrib, seperti biasa, kami berkumpul di ruang tengah untuk menonton televisi. Channel langganan kami tentu saja yang menayangkan sinetron favorit ibu, bukannya fokus nonton, ibu malah bercerita dengan antusias tentang kesehariannya berdagang mebel, kali ini aku skeptis, jangan-jangan yang itu lagi, yang kemaren pagi diceritaiin. tapi ternyata bukan! aku belum pernah denger, kayaknya menarik, oke aku lanjut dengerin dengan seksama.

Tadi pagi ibuk bertemu dengan dua orang yang tiba-tiba mampir ke toko, dua orang itu memakai baju hitam putih serta mengalungkan name tag di leher mereka. Kata ibuku mereka kayak seusiaku, salah satu dari mereka bilang " Buk, permisi, mohon maaf , jadi gini, saya dapat misi dari perusahaan saya bu, saya ini sedang masa training, misinya : saya dibekali satu buah pulpen ( sambil menunjukkan pulpen berwarna hitam yang standar itu)   dan gimana caranya pulpen ini bikin kami bisa balik ke banyumanik lagi, kira-kira gimana ya bu?"

Mulai penasaran aku, bagaimana ibuku akan bereaksi terhadap masalah mereka itu. sudah muncul pilihan ganda di pikiranku,

A. mereka diusir, "sana mas, saya tidak tertarik"
B. mereka diberi uang karena kasihan pulpennya suruh bawa aja
C. pulpen dibeli dengan harga fantastis melebihi harga asli pulpen itu, dan setara dengan harga ongkos naik ojek ke banyumanik

Ternyata menarik pemirsahhh. ibuku bilang :

"Owalah gitu to mas, yaudah mas pulpennya saya tukar dengan uang sepuluh ribu ini. (dalam hati wah ini bener nih opsi ke B yang ibuku ambil tapi pulpennya diminta ibukku dong gak disuruh bawa pulang lagi).

Lalu ibukku lanjut berkata :
"Tapi saya punya ide nih, masukan buat mas. Waktu mas berhasil bertransaksi mengubah pulpen ini menjadi uang tolong temannya yang satunya lagi memvideokan, bawa hape kan mas?"

"Iya buk" si mas menjawab sambil merogoh kantong celananya yang berisi hape. mereka memvideokan transaksi itu.

Kemudian ibukku bilang :
" Nah sekarang uangnya buat beli barang yang paling nggak bisa digunakan banyak orang, misalnya gula, buat beli gula mas, terus gulanya mas jual lagi, tapi sekarang lebih terarah, misal ke penjual bakso di deket pasar itu, kan dia jual teh anget pasti butuh gula kan? Lalu Mas ngomong hal yang sama seperti tadi yang mas omongin ke saya pertama kali, terus serahkan harga gula itu kepada pembelinya, paling enggak bisa dapet BEP syukur-syukur kalau bisa lebih, aku yakin kok mas pasti bisa, jangan lupa setelah itu divideo lagi, terus gantian masnya yang satu bertransaksi, mas yang memvideo"

Dua orang trainee tadi mengangguk sambil mesem mengapresiasi ide dari ibukku yang tampaknya briliant itu.

Terakhir ibukku berpesan sama mereka, "dengan divideo kalian bisa mendapatkan bukti kalau kalian mengerjakan misi ini dengan sungguh-sungguh. videonya bisa jadi bahan untuk presentasi laporan kegiatannya, dan untuk memaparkan proses kalian mengubah barang menjadi uang kemudian menjadi barang lagi yang dijual dengan sasaran pembeli yg tepat kemudian menjadi uang lagi terus menerus sampai uang tersebut bisa menjadi ongkos pulang ke banyumanik untuk dua orang."

" Inggih buk, makasih sekaliii~ atas sarannya, bagus sekali buk, akan kami laksanakan. sekali lagi terimakasih sangattt" kedua pemuda trainee tersebut tersenyum cerah penuh semangat sambil menjabat tangan ibuk bergantian.

Dari sini aku bisa simpulkan kalau ibukku memberi ide yang melatih kemampuan mereka untuk berjuang menjual suatu barang, karena kalau ibuku hanya kasihan pasti uang yang diberikan jumlahnya udah senilai uang untuk naik ojek pulang ke banyumanik, akhirnya mereka jadi tidak berproses, tidak belajar dan menemukan cara menjual yang baik. yang sepertinya menjadi tujuan perusahaan saat memberikan misi ini. dan teteeeep karena masnya tampak seumuran aku, ibukku juga gak tega beli pulpennnya dengan harga yang sebenarnya. ibukku cukup pengertian nukar pulpen itu dengan harga 4 kali harga sebenarnya.

So i'm proud of my mom that give a wise advice for them... Ibukku emang ter-lavvv




You Might Also Like

1 komentar

  1. Ibukmu ga hanya peduli, tapi ngasi pengalaman hidup love deh

    BalasHapus